Just / chap 3 : I’ll let you go, but I will always remember you

danbo20

Pairing            : KyuMin / KyuWook / YeMin

Genre                : Angst

Length              : Chaptered

Disclaimer     : Story belong to me, KyuMin belong to their self

Summary       : Seperti hujan yang bersenyawa dengan matahari ketika membuat pelangi, tidak bisakah kita seperti mereka? Bersatu. Bersenyawa.

 

 

No bash. No copas/plagiarism. Don’t like, don’t read. Don’t be silent reader.

 

 

~Presented by@Min kecil~

Chap 3 : I’ll let you go, but I will always remember you

 

Seoul, Juli 2010.

Sore ini disudut sebuah café. Sungmin memainkan minumannya seraya memandang keluar jendela, menikmati keramaian diluar café. Deru kendaraan. Para pejalan kaki. Para pasangan. Ini hari yang cerah bukan?

 

Biasanya Sungmin selalu mengisi sudut ini bersama Kyuhyun, dulu. Saat menikmati setiap kencan mereka, bersama dua cangkir teh dan sensasi percikan hujan dibalik kaca saat hujan turun. Mereka bercengkrama begitu akrab, begitu dekat. Setelah itu Kyuhyun akan menawarkan tangannya yang hangat pada Sungmin. Mereka akan menari dan berebut tawa dibawah hujan, dan mengakhirinya dalam sebuah ciuman. Hangat dan manis.

 

Yeah, Sungmin masih dapat mengingat semua itu dengan jelas. Sejelas ingatannya pada pengkhianatan Kyuhyun dan Ryeowook padanya. Tapi sudah lama Sungmin meninggalkan sudut ini. Hari ini Sungmin kembali mengisi sudut favoritnya dicafe ini, tapi tidak dengan Kyuhyun, melainkan bersama seorang pemuda dengan pipi chubby yang menggemaskan, yang terus memaksanya untuk kembali pulang ke Korea.

 

“Aku pikir kau akan terus melarikan diri ke Cina dan tidak akan kembali ke Seoul. I really miss you hyung, don’t you know that? You really such a jerk” Kata Henry pura-pura merengut.

 

Sungmin menoleh pada Henry.

Well, karena seseorang yang menyebalkan, terus mengirimiku email dan memaksaku untuk pulang. Terpaksa aku kembali ke Seoul” Kata Sungmin.

 

Welcome home hyung” Kata Henry dengan tersenyum.

 

Sungmin hanya tersenyum dan memainkan gelas ice cappuccino miliknya.

“Sebenarnya, bukan karena itu kau terpaksa kembali pulang ‘kan hyung?” kata Henry.

 

Sungmin menghentikan tangannya dan terdiam saat Henry menyodorkan sesuatu padanya, seperti sebuah kartu undangan. “Apa?” Tanya Sungmin.

 

“Ini…undangan pernikahan” jawab Henry.

 

Henry menyodorkan lebih dekat kartu undangan itu pada Sungmin  seraya memandang dengan cemas. Sungmin terdiam, ia mengambil kartu itu dan membukanya. Nama calon pengantin yang tercetak tebal dengan tinta emas di dalam kartu itu membuat Sungmin seakan tercekat. Pada kartu itu tercantum tanggal 10 Juli. Itu artinya lusa, lusa pernikahan ini akan terjadi.

 

“Erm…Kyuhyun memintaku untuk memberikan undangan ini padamu. Dia juga yang memintaku untuk memaksamu pulang ke Seoul. Hyung mau datang atau tidak, itu terserah hyung.” kata Henry dengan hati-hati.

 

Sungmin masih terdiam memandang kartu ditangannya. Dalam sepasang mata rubah itu, terlukis gurat luka dan kesedihan yang mendalam. Lima menit berlalu. Sungmin masih terdiam memandang kartu ditangannya, dan Henry masih memandang pemuda manis itu dengan cemas, cemas jika saja Sungmin akan menangis. Henry tahu, Sungmin pasti sangat terluka dengan hal ini. Segera Henry mengutuk diri sendiri, seharusnya ia tidak memaksa Sungmin untuk pulang ke Korea dan memberikan undangan pernikahan itu padanya.

 

“Begitu, begitu ya……” gumam Sungmin pelan, terdengar sedih.

 

Henry melihat Sungmin mendesah dengan berat sesaat, dan seketika rasa bersalah menyusup ke dalam pikirannya. Henry tahu, bahwa selama ini Kyuhyun memiliki affair dengan Ryeowook dibelakang Sungmin. Henry tahu, selama Sungmin di Cina, Kyuhyun dan Ryeowook selalu pergi kencan, dan kencan itu pasti selalu berakhir di kamar Kyuhyun yang terkunci. Tapi Henry tidak berani memberitahu semua hal itu pada Sungmin. Kekasihnya, Zhoumi, juga mengatakan lebih baik untuk menghindari masalah. Karena itu, Henry tidak mengatakan apapun. Such a coward, huh?

 

“Maafkan aku hyung. Sebenarnya aku tahu semuanya tapi tidak berani mengatakannya padamu. Aku pengecut, hyung” kata Henry dengan nada bersalah.

 

Sungmin mengangkat kepalanya memandang Henry.

“Tidak apa-apa Henry. Mengetahui perselingkuhan ini secara langsung, rasanya itu lebih baik. Ini bukan salahmu Henry” kata Sungmin.

 

Henry menyesap minumannya sesaat dan memandang Sungmin yang kembali terdiam. Pemuda manis itu mendesah pelan dan memainkan minumannya. Sepertinya Sungmin sedang berusaha keras mengontrol perasaannya.

“Kenapa? Hyung berpikir, Kyuhyun meninggalkanmu dan memilih menikah dengan Ryeowook, itu semua kesalahanmu?” Tanya Henry.

 

Sungmin kembali mendesah pelan dan mengalihkan pandangannya keluar jendela.

“Entahlah…” jawabnya pelan.

 

Henry hanya diam dan kembali menikmati minumannya, membiarkan Sungmin dengan cairan bening yang mengalir turun perlahan dari sudut matanya. Pada akhirnya Sungmin membiarkan air matanya kembali jatuh hari ini.

 

????

 

Malam baru saja menunjukkan pukul 8, tapi kemeriahan pesta baru saja dimulai. Yeah, ini pesta pernikahan Kyuhyun dan Ryeowook. Dan Sungmin berdiri diantara kemeriahan itu. Sungmin hanya memainkan pelan gelas wine ditangannya seraya memandang Kyuhyun dari kejauhan.

 

Pasangan pengantin baru itu terlihat sangat bahagia. Ryeowook dengan balutan gaun pengantin berwarna putih terlihat sangat manis, sepertinya Kyuhyun berhasil memaksa pemuda berwajah cute itu untuk memakai gaun pengantin di hari pernikahan mereka. Dan Kyuhyun terlihat sangat tampan dengan setelan jas hitam yang membalut tubuhnya. Sosok itu, Sungmin sungguh sangat merindukannya.

 

Perlahan malam mulai larut, dan kemeriahan pesta masih berlanjut. Ahra, kakak perempuan Kyuhyun, memainkan sebuah lagu romantis dengan permainan biolanya yang mengagumkan, persembahannya untuk pengantin baru malam ini. Bahkan Kyuhyun bernyanyi untuk Ryeowook, dan itu membuat pemuda berwajah cute itu sangat senang. Pesta yang meriah bukan?

 

Tapi disisi lain, kemeriahan ini tidak berarti apapun bagi Sungmin. Sang bunny masih terdiam memandang Kyuhyun dengan sedih, berusaha keras tidak membiarkan air matanya jatuh malam ini. Sungmin mulai melangkahkan kakinya perlahan menyeruak keramaian, mencoba mendekati Kyuhyun. Rasanya ia ingin memeluk Kyuhyun dengan erat, mengatakan untuk tidak meninggalkannya dan membawanya lari menjauh dari pernikahan sialan ini.

 

Tapi langkah Sungmin segera terhenti saat MC sialan itu meminta Kyuhyun dan Ryeowook untuk berciuman. Seisi gedung mulai riuh, menyuruh Kyuhyun untuk segera mencium pengantinnya. Dengan malu-malu pengantin baru itu pun berciuman, membuat para tamu undangan bertepuk tangan riuh. Dan Sungmin? Sungmin tersenyum mendengus. Seketika ia merasa bodoh. Untuk apa ia datang ke tempat ini?

 

“Paboya Lee Sungmin…” maki Sungmin tertawa miris.

 

Sungmin menenggak habis gelas wine ditangannya, memberikannya pada seorang pelayan yang melintas dan kemudian beranjak pergi meninggalkan keramaian pesta yang belum usai. Mungkin sebaiknya ia meninggalkan tempat ini sebelum ia merasa semakin bodoh.

 

“Baiklah. Ini saatnya Ryeowook ssi untuk melemparkan buket bunga miliknya. Untuk para gadis dan yang menginginkan buket bunga itu silakan bersiap-siap.” Kata MC dengan riang.

 

Ryeowook berdiri membelakangi dan bersiap untuk melempar buket bunga ditangannya. Orang-orang saling berusaha mendapatkan buket bunga itu saat Ryeowook mulai melemparkannya. Sayangnya Ryeowook melemparnya terlalu jauh hingga buket bunga itu terjatuh ditangan yang lain.

 

Sungmin berhenti dan terkejut saat buket bunga jatuh ke dalam tangannya. Ia memandang buket bunga ditangannya dengan bingung dan beberapa menit kemudian ia segera tersadar, seluruh orang dipesta ini sedang memperhatikannya. Begitu juga dengan sang pengantin baru, mereka terkejut menyadari siapa yang mendapatkan buket bunga itu.

 

“Sungmin hyung.” kata Kyuhyun.

 

Kyuhyun berniat untuk mendekati Sungmin, namun Ryeowook menahannya dengan melingkarkan tangannya dengan erat dilengan Kyuhyun, seolah melarang Kyuhyun untuk mengejar Sungmin. Kyuhyun menoleh pada Ryeowook sesaat kemudian memandang Sungmin yang beranjak pergi, dan mendesah pelan.

 

Sementara itu. Sungmin melangkahkan kakinya secepat mungkin, berusaha secepat mungkin untuk segera meninggalkan gedung hotel ini. Sungmin berlari kecil menuju lift, hingga tanpa sengaja ia menabrak seseorang.

“Ma-maaf.” kata Sungmin menundukkan kepalanya.

“Sungmin hyung.”

 

Sungmin mengangkat kepalanya mengenali suara ini. Itu Henry yang datang bersama kekasihnya, Zhoumi. Henry terkejut dengan kehadiran Sungmin dipesta pernikahan ini.

“Henry…” kata Sungmin.

“Kupikir hyung tidak akan datang.” kata Henry.

 

Henry terdiam memandang Sungmin. Pemuda manis ini terlihat sangat sedih dan kacau. Pandangan Henry beralih pada buket bunga ditangan Sungmin dan menebak itu pasti buket bunga pengantin milik Ryeowook. Mungkin tanpa sengaja Sungmin mendapatkannya saat sesi pelemparan buket bunga.

 

“Kau baik-baik saja Sungmin? Wajahmu terlihat pucat” tanya Zhoumi.

“Yeah, aku…aku baik-baik saja” jawab Sungmin.

 

“Kau sudah ingin pulang?” Tanya Zhoumi lagi.

“Yeah, mungkin tidak seharusnya aku ada disini.” Jawab Sungmin mendengus.

 

Henry masih terdiam memandang Sungmin, kemudian ia menoleh pada kekasihnya yang sedang menggandeng tangannya dengan hangat. “Mimi ge ge bisakah kau mengantar Sungmin hyung pulang? Aku cemas jika Sungmin hyung pulang sendiri dalam keadaan seperti ini” Tanyanya dengan nada cemas.

 

“Tentu saja…” jawab Zhoumi.

“Tidak, tidak. Itu tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri” Kata Sungmin dengan cepat.

 

“Kau yakin hyung?” tanya Henry memandang Sungmin tidak yakin.

“Yeah, aku hanya ingin sendiri saat ini. Tapi terima kasih sudah mencemaskanku Henry” jawab Sungmin mencoba tersenyum.

 

Henry diam sesaat dengan ragu.

“Baiklah. Hati-hati dijalan hyung” kata Henry.

“Hubungi kami jika kau butuh sesuatu Sungmin” kata Zhoumi.

“Ne, gomawo” Kata Sungmin.

 

Kemudian Sungmin beranjak pergi. Sungmin menekan tombol lift dan segera melangkah masuk saat pintu lift terbuka. Perlahan lift itu berjalan turun melewati setiap lantai. Lift itu kosong, hanya ada Sungmin. Tubuh Sungmin merosot terduduk dilantai lift. Ia memeluk buket bunga yang masih dalam genggamannya. Tubuhnya mulai bergetar perlahan dan air mata itu, Sungmin tidak bisa lagi menahannya. Air mata itu jatuh dengan deras dari sudut matanya. Deras dan terisak.

 

Sementara itu Zhoumi memandang kekasih mochinya yang masih terdiam.

“Kau cemas dengan Sungmin, eoh?” tanya Zhoumi seraya merangkul kekasih mochinya.

“Kuharap Sungmin hyung baik-baik saja, dan menemukan seseorang yang mencintainya dengan lebih baik” harap Henry.

 

Zhoumi tersenyum.

“Kupikir Kyuhyun akan menyesal kelak” Katanya.

“Itu sudah sepantasnya” Kata Henry mendengus, membuat Zhoumi terkekeh mendengarnya.

 

“Kau masih ingin menikmati pesta ini, atau mungkin sebaiknya kita pergi ke tempat lain?” tanya Zhoumi.

“Aku sudah malas untuk berpesta” Jawab Henry.

“Kalau begitu, khajja.” Kata Zhoumi tersenyum menarik kekasih mochinya pergi meninggalkan pesta yang belum usai.

 

????

Beberapa hari kemudian setelah pesta sialan itu. Malam perlahan mulai larut. Sungmin melangkahkan kakinya pelan menuju tempat itu, tempat persinggahannya bersama Kyuhyun. Sungmin memandang ayunan didepannya. Dua ayunan itu kosong dan nampak kesepian. Ia beranjak duduk diayunan itu dan memandang ayunan disampingnya. Sungmin mendesah pelan sesaat dan memainkan ayunannya perlahan, tanpa suara.

 

Sungmin menghentikan ayunannya saat seseorang menempati ayunan disampingnya. Bias cahaya dari lampu taman seakan menembus wajah kuyu itu. Tidak ada yang bersuara selama beberapa saat. Sungmin kembali memainkan ayunannya dengan sangat pelan, sementara Kyuhyun menunduk memainkan tanah dengan ujung sepatunya.

 

“Kenapa kau melakukan ini padaku?” Suara Sungmin memecah kesunyian diantara mereka.

“Pertanyaanmu itu membuat segalanya terasa lebih berat” Suara Kyuhyun terdengar berat dan lelah.

 

Sungmin menghentikan ayunannya dan menoleh memandang pemuda disisinya. Sungmin mencoba menguatkan hatinya untuk memandang Kyuhyun, dalam. Namun Kyuhyun malah menghindarinya dan mengalihkan pandangannya, karena mata rubah itu tampak begitu sedih.

 

Sungmin merasa bibir plumpnya kelu untuk berucap. Ia juga merasa lelah terus-terusan menghindar dan mengingkari keberadaan sosok yang sangat ia cintai ini. Jika hari ini semua akan dan harus berakhir, Sungmin hanya ingin mendengar kenyataan itu untuk terakhir kalinya. Meski Sungmin tahu, ia tidak akan kuat.

 

Pandangan Sungmin beralih pada cincin yang melingkar dengan manis dijari Kyuhyun. Benda itu seolah berteriak padanya “just married”, membuat Sungmin merasa nyeri. Kemudian Sungmin memalingkan pandangannya ke tanah.

“Kau benar-benar meninggalkanku dan memilih Ryeowook, eoh?” Kata Sungmin dengan nada kecewa.

 

Lagi, keheningan menyelimuti mereka. Begitu hening seakan bunyi jarum yang terjatuh pun dapat terdengar dengan jelas ditelinga. Dan rasa sakit mencengkram hati Sungmin kembali. Seolah ada tangan tak terlihat yang meremasnya erat-erat. Sangat sakit.

 

Sungmin mendengar Kyuhyun mendesah dengan berat sesaat. Kemudian Kyuhyun beranjak berdiri dari ayunannya, mungkin merasa tak sanggup lagi untuk menghadapi sang bunny. Sungmin mengangkat kepalanya, Kyuhyun menoleh. Mata rubah dan mata obsidian itu saling bertemu dalam kesunyian yang menyakitkan.

 

“Dengar hyung. Keputusan ini terasa sangat berat untukku. Tapi satu hal yang aku tahu pasti, bahwa kau akan baik-baik saja” kata Kyuhyun.

 

Sungmin hanya mengerjap dengan sedih memandang Kyuhyun.

“Seharusnya kita mengakhiri ini sejak awal. Sebab, apapun yang terjadi, ini hanya akan menjadi sia-sia. Kisah kita tanpa masa depan. Kita terlahir dengan dua sisi yang berbeda, dan itu tidak akan pernah menjadi sama. Aku memang sempat bahagia pernah mengenalmu dan bersamamu, itu waktu yang sangat menyenangkan. Tapi harus kita akui, kebahagiaan itu tidak akan bertahan jika kita masih bersama. Jadi berhentilah menatapku seperti itu dan biarkan aku pergi” kata Kyuhyun lagi.

 

“Begitukah? Jadi Ryeowook adalah masa depanmu? Kalian menusukku dari belakang, begitu menyenangkankah?” Kata Sungmin mendengus.

 

“Maafkan aku.” kata Kyuhyun.

 

Sungmin memandang Kyuhyun tidak percaya dan terluka. Sosok ini yang begitu ia cintai, memilih meninggalkannya. Sungmin menundukkan kepalanya, berusaha menahan agar air mata itu tidak jatuh. Sakit, rasanya sakit. Seolah luka itu kembali terkoyak semakin dalam.

 

“Kuharap kita tidak bertemu lagi.” kata Kyuhyun.

“……kuharap begitu……” kata Sungmin pelan, hampir berbisik.

 

Kemudian Kyuhyun beranjak pergi meninggalkan tempat itu, meninggalkan persinggahan mereka yang kelak tak berpenghuni lagi. Pemuda evil itu tidak menoleh lagi setelah pergi. Sungmin hanya mampu menatap punggung Kyuhyun yang terlihat kelelahan, menjauh pergi. Kemudian  benar-benar menghilang didalam gelap malam. Ketika sosok Kyuhyun menghilang dari pandangannya, Sungmin menangis tanpa suara diantara detak jam yang sunyi. Sungmin menangis terisak, namun tidak bisa berbuat apa-apa.

 

Jangan pergi!!

 

Betapa Sungmin ingin mengucapkan kalimat itu. Namun lidah terlalu kelu untuk berucap. Jika Sungmin boleh berharap, ia ingin dapat menghentikan waktu. Sungmin tidak ingin melihat matahari. Matahari baru, berarti hari yang baru. Hari yang baru, berarti akhir dari segalanya. Sungmin tidak butuh hari esok. Sebab jika esok datang, artinya Kyuhyun tidak akan ada lagi bersamanya. Kyuhyun bukan lagi miliknya.

 

Sungmin menghirup udara yang terasa pekat dan menyesakkan, seolah udara itu menyusut, terbawa bersama sosok Kyuhyun menghilang dalam gelap malam. Kyuhyun pergi didalam gelap, tanpa pernah tahu bahwa sang bunny akan selalu mengenangnya. Seperti inikah akhir kisahnya? Such unfair, huh!

 

t.b.c

17 pemikiran pada “Just / chap 3 : I’ll let you go, but I will always remember you

  1. apa ini sad ending ???? nyesek banget TT_TT
    gag ngrti sm kyu ,, mksd dri perbedaan itu apa .. apa yg melatarbelakangi kyu selingkuh ..
    apa yg mmbuat dia yakin kalo dia menikah sm wookie dia akan bahagia ..
    tega , kyuhyun.a tega ,,

  2. kenapa kenapa kenapa
    kenapa kyu kejam bangeeeetttt
    sungmin hyung udah dikhianatin
    terus seperti disudutkan lagi
    engga mudah melupakan kejadian pengkhianatan walau mungkin itu kesalahan kita juga
    huaaaa min sabar yaaaa
    langsung baca lanjutannya lagi

Tinggalkan Balasan ke MingImNida Batalkan balasan