A Welcome Escape [ChanBaek]

Warning: angst, tragedy, romance, drama

Summary: Byun Baekhyun rela masuk penjara demi Park Chanyeol. Ia rela memberikan segalanya untuk pria itu, dan yang ia inginkan hanyalah hidup bersama, seperti janji mereka dulu. Tetapi ketika akhirnya ia telah bebas dari penjara dan mencari Chanyeol, ia justru menemukan ada seseorang yang lain telah mengisi impian baru pria itu

~Min Kecil~

.

.

.

.

Matahari yang tersenyum cerah di langit musim semi menyambut hari pertama Byun Baekhyun menghirup udara kebebasannya. Setelah sepuluh tahun lamanya mendekam di balik pengapnya jeruji penjara, hal pertama yang diinginkannya hanyalah bertemu kembali dengan orang itu. Pasti orang itu telah menunggunya, sama seperti halnya dirinya. Namun senyumannya luntur seketika saat ia melangkah keluar dari gedung penjara bersama beberapa napi yang juga ikut bebas bersamanya hari ini. Para keluarga dan orang-orang yang telah menunggu di luar gedung menyambut dengan tangisan haru dan lega. Kecuali Baekhyun.

Ia berdiri terdiam menatap sekitarnya, namun sosok yang dicarinya tidak terlihat di manapun. Orang itu tidak datang menyambutnya, padahal dialah alasan Baekhyun rela menukarkan masa depannya dibalik jeruji penjara. Sejenak ia berpikir dan menyadari, bahwa ia sendirian sekarang. Keluarganya telah memalingkan wajah mereka di hari pertama ia menjatuhkan cintanya pada orang itu, lalu membuangnya saat ia masuk penjara karena orang itu juga.

Pada akhirnya, dengan sebuah ransel usang yang tersampir di pundaknya, Baekhyun melangkah pergi dengan satu tujuan: mencari orang itu, Park Chanyeol.

*chanbaek*

Setelah tiga hari mencari, menyusuri berbagai tempat di kota Seoul yang luas, akhir Baekhyun sampai di sebuah area apartemen. Senja hampir datang tapi pencarian Baekhyun masih belum berakhir. Hingga ketika ia melewati sebuah gang mata cokelatnya melihat sosok seseorang yang dikenalnya. Semakin ia mendekat, semakin ia yakin bahwa pria yang sedang membuang sampah itu adalah orang yang dicarinya, Park Chanyeol.

Suara langkah kaki yang mendekat dan suara ransel yang terjatuh di atas aspal membuat pria yang sedang membuang sampah itu menoleh. Pria bersurai gelap itu, Park Chanyeol, terkejut melihat sosok yang segera dikenalinya meski sepuluh tahun telah berlalu, berdiri di depannya dengan berbagai emosi nampak berkilat di dalam mata cokelatnya.

“Baekhyunie? Kau sudah dibebaskan dari penjara? Tidak, maksudku dari pembebasan bersyarat?” tanya Chanyeol dengan sedikit gusar. Byun Baekhyun yang dilihatnya kini nampak begitu berbeda. Bocah imut yang menjelang remaja dulu kini telah menjelma menjadi orang dewasa, dengan wajah yang semakin manis dan surai cokelat yang dibiarkan memanjang. “Kau telah menjadi orang dewasa yang matang sekarang.”

Baekhyun yang melangkah menghampirinya dengan wajah dingin membuat Chanyeol merasa kian gusar. Ketika Baekhyun mencengkram kerah kaosnya dan memojokkannya ke dinding, Chanyeol telah bersiap menerima amarah pemuda manis itu. Namun bukannya pukulan yang didapatnya, melainkan sebuah ciuman di bibirnya. Liar dan penuh rindu.

“Dan kau menjadi setua ini, huh, Chanyeol hyung?” balas Baekhyun setelah ciuman mereka terlepas. Mata cokelatnya menatap wajah tampan di depannya dengan binar rindu dan bahagia. Lalu ia memeluk leher Chanyeol dengan senyum yang tak luntur di bibirnya. “Meski kau hanya mengunjungiku sekali, aku sangat senang. Tapi jika kau menjemputku dengan senyuman, itu lebih baik. Ayo kita hidup bersama, hyung, seperti yang kita janjikan dulu. Tanpa ada yang menganggu kita lagi.”

Sementara itu Chanyeol hanya terdiam, sejenak merasa ragu untuk membalas pelukan Baekhyun. Namun pada akhirnya ia melingkarkan kedua lengannya di pinggang Baekhyun, memeluknya dengan berbagai perasaan yang menggelayuti dirinya. Gusar, senang, rindu, bimbang, rasa bersalah…semua bercampur satu.

Pada akhirnya Chanyeol membawa Baekhyun ke apartemennya yang sederhana. Ia bahkan membiarkan Baekhyun bersikap seolah itu adalah rumahnya sendiri. Dengan santai Baekhyun mengambil satu cup es krim yang ditemukannya di kulkas Chanyeol, duduk nyaman di atas sofa dan memakan es krim temuannya sambil menonton tv.

Kegiatan Baekhyun menyuap es krim ke mulutnya terhenti saat salah satu pintu kamar terbuka. Lalu sosok seorang remaja laki-laki bersurai pirang dan berkacamata keluar dari kamar itu. Remaja laki-laki itu menghentikan kakinya saat menyadari kehadiran Baekhyun. Selama beberapa lama mereka saling menatap, tanpa suara. Baekhyun yang pertama menolehkan kepalanya, kembali mengganti saluran tv dan menikmati es krim temuannya dengan cuek. Sementara remaja laki-laki itu segera menghampiri Chanyeol yang sedang berdiri tidak jauh darinya.

“Siapa orang itu? Mengapa dia di sini?” tanya remaja laki-laki itu, melirik curiga ke arah Baekhyun sambil mencengkram tali tas slempangnya.

“Tenang, Kyungsoo,” ujar Chanyeol, menepuk pelan bahu sang remaja, sepupunya. “Dia Byun Baekhyun, tetanggaku dulu. Saat itu Baekhyun hanya anak kecil, tapi jika dia tidak berada di sana saat peristiwa itu terjadi, aku akan dibunuh oleh tangan ayahku sendiri.”

Kyungsoo pernah mendengar kisah itu dulu, bahkan mungkin seluruh kerabat keluarga Chanyeol telah mengetahuinya juga. Tentang seorang anak kecil tetangganya yang sedang mencoba melindungi Chanyeol dari amukan amarah sang ayah. Chanyeol yang terluka cukup parah dan sang ayah yang mati terbunuh di tangan seorang anak kecil menjadi akhir dari kisah kelam itu. Setelah kejadian itu, karena ibu Chanyeol telah lama meninggal dan Chanyeol hanya anak tunggal, maka Chanyeol pun dirawat oleh kerabat lainnya, yaitu keluarga Kyungsoo.

Semua keluarga Chanyeol bersyukur dan berterima kasih dengan aksi kepahlawanan Baekhyun, namun Kyungsoo tidak terlalu terkesan dengan kisah itu. Karena itu, kehadiran Baekhyun di apartemen sederhana mereka membuat Kyungsoo merasa tidak nyaman.

“Aku tahu itu, tapi bagaimanapun…pembunuhan tetaplah pembunuhan,” sanggah Kyungsoo, masih terus melirik ke arah Baekhyun dengan gusar. “Dan dia memakan es krimku.”

Baekhyun yang rupanya mendengarkan perkataan Kyungsoo seketika menghentikan aksi memakan eskrimnya dan menoleh. “Bagaimana denganmu, jika itu untuk menolong Chanyeol hyung…maukah kau membunuh seseorang?” tanyanya seraya berdiri dan menatap Kyungsoo dengan tatapan menantang. Ia menghampiri sang remaja dan merangkul bahunya sambil melanjutkan, “Bukankah kau teman sekamarnya? Berapa umurmu? Kau masih sekolah?”

Senior high School, kelas tiga…” Kyungsoo menjawab, memandang Baekhyun sambil bergerak tak nyaman.

“Ini pertama kalinya kau berbicara dengan penghuni penjara?” tanya Baekhyun lagi, mengabaikan sikap Kyungsoo yang nampak semakin tak nyaman.

“Aarrg…aku harus pergi, temanku menungguku di bawah,” Kyungsoo melepaskan rangkulan Baekhyun di bahunya dan segera beranjak pergi dengan terburu-buru.

“Ingat, jangan minum dan mengemudi dengan aman,” Chanyeol setengah berteriak, mengingatkan. Ia menatap kepergian Kyungsoo hingga sosok sang remaja hilang dibalik pintu.

“Kau masih suka bermain-main dengan anak-anak nakal, huh?” celetuk Baekhyun setelah terdiam selama beberapa saat, menatap Chanyeol seraya tersenyum mengejek.

“Jangan salah paham,” sanggah Chanyeol, mengalihkan matanya ke arah lain. “Dia adalah anak dari keluarga kerabat yang merawatku setelah peristiwa itu, dan dia tinggal di sini karena rumahnya jauh dari sekolahnya. Itu saja.”

Baekhyun mendengus pelan. Ia menghampiri Chanyeol, mengulurkan tangan kanannya dan menyentuh dengan gerakan menggoda sesuatu yang ternyata diam-diam telah menegang sempurna di balik celana pria bersurai gelap itu.

“Jangan mencoba menyangkalnya dengan serius. Bagaimana dengan sekarang? Mau aku melakukannya untukmu?” tanya Baekhyun, perlahan berjongkok di depan Chanyeol dan membebaskan penis yang telah menegang itu dari dalam balik celana. Lalu melirik ke atas, menatap tepat ke dalam mata gelap Chanyeol yang nampak bimbang. “Karena aku akan mengurus INI mulai dari sekarang…”

Chanyeol terdiam dan menjatuhkan dirinya ke atas sofa. Pada akhirnya ia membiarkan dirinya kembali terjebak dalam sebuah percintaan lama yang membawa rindu…juga rasa bersalah yang tak pernah pudar, bersama bayang-bayang kelam masa lalu yang kembali mengetuk pintu memorinya.

*chanbaek*

Itu adalah salah satu hari yang panas di musim panas. Suara angin dari mesin pendingin ruangan terdengar menderu di kamar yang tertutup itu, mengiringi suara desahan dari sepasang insan yang sedang beradu cinta di atas ranjang. Tubuh mereka telah lembab oleh keringat, namun mereka masih belum lelah untuk mencapai puncak kenikmatan bersama. Hari ini rumah sedang sepi dan ayahnya akan pulang telat dari kantornya, maka Chanyeol remaja menggunakan kesempatan itu untuk bercinta dengan tetangganya, kekasih kecilnya.

Ketika itu Byun Baekhyun masihlah anak kecil berusia dua belas tahun yang manis, namun mampu memikat Park Chanyeol yang baru melewati ulang tahunnya yang ke delapan belas tahun. Tidak ada yang tahu tentang hubungan terlarang mereka, tidak juga tentang percintaan panas mereka di hari itu. Seharusnya…

Tetapi sayangnya, ayah Chanyeol yang telah curiga dengan gelagat sang putra dengan anak kecil tetangga mereka itu memutuskan untuk pulang lebih cepat di hari itu. Saat mendengar suara-suara desahan dari balik pintu kamar sang putra yang tertutup rapat membuat kecurigaannya kian meningkat. Dengan marah, ayah Chanyeol membuka pintu kamar sang putra dengan keras, mengejutkan sepasang insan yang sedang asyik bercinta di atas ranjang, telanjang dan berkeringat. Hal itu membuat amarah ayah Chanyeol kian membuncah.

Sambil berteriak marah ayah Chanyeol menarik tangan Chanyeol dari atas tubuh Baekhyun, mendorongnya ke lantai dan mulai memukulinya dengan brutal, “Apa-apaan dengan dirimu? Kau telah tergoda?! Kau monster! Bagaimana bisa kau berbohong seperti ini kepada seorang anak kecil?!”

Sementara itu Baekhyun terduduk di sudut kamar dengan tubuh gemetaran, menangis ketakutan menyaksikan tubuh Chanyeol yang babak belur dan bermandikan darah. Ayah Chanyeol terus memukuli Chanyeol tanpa peduli jika sang putra mulai sekarat. Hingga akhirnya pukulan itu terhenti saat tiba-tiba tubuh ayah Chanyeol jatuh ke lantai dengan kepala yang hancur dan berlumuran darah. Di belakangnya, Baekhyun berdiri sambil menggenggam sebuah tongkat baseball milik Chanyeol yang ditemukannya di kamar itu.

*chanbaek*

“Ach!” pagi itu Chanyeol terbangun dari tidurnya yang gelisah. Terduduk di atas ranjang, ia mengusap wajahnya dengan kasar dan menghela napas, berusaha mengusir kenangan lama yang baru saja hadir di dalam mimpinya. Lalu ia menoleh ke samping dan menemukan Baekhyun yang tertidur lelap. Selimut menutupi tubuh telanjang mereka, dan pakaian mereka nampak berserakan di lantai kamar.

Wajah tidur Baekhyun yang tenang membuat Chanyeol termenung. Ia berharap pemuda manis itu tidak benar-benar serius ingin tinggal di sini. Saat matanya melirik ke arah jam digital di atas meja nakas samping tempat tidurnya, ia menyadari bahwa ia hampir terlambat berangkat kerja. Maka ia menyibak selimut dari tubuh telanjangnya, beranjak turun dari ranjang, memunguti pakaiannya di lantai, lalu masuk ke kamar mandi.

Lima menit kemudian ia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di pinggangnya. Lalu membuka lemari dan mulai berpakaian sambil membangunkan Baekhyun, “Baekhyunie, aku akan berangkat kerja jadi kau harus pergi juga.”

Baekhyun terbangun dan mengusap matanya, sejenak mengumpulkan nyawa yang masih tersebar di alam mimpi. Lalu ia duduk memeluk lututnya sambil menatap kesibukan Chanyeol yang sedang bersiap-siap berangkat ke kantor. “Eee…aku bisa tinggal dan menjaga tempatmu,” ujarnya.

Dan Chanyeol tidak bisa menolaknya. Setelah mengikat dasinya dan merapikan penampilannya di cermin, ia menyambar jas dan tas kerjanya, lalu melirik sebentar ke arah jam. Ia benar-benar hampir terlambat, tidak sempat untuk memasak dan sarapan. Biarlah, ia bisa sarapan di jalan, dan Baekhyun bisa memasak sendiri jika dia lapar. Maka ia bergegas berangkat, Baekhyun yang santai hanya dengan memakai celana dalam saja mengantarnya ke depan pintu.

Tak lupa sebelum pergi Chanyeol berpesan pada Baekhyun, “Aah…ini hampir waktunya Kyungsoo pulang. Jangan membicarakan hal-hal yang tidak perlu, dan juga jangan mengatakan apapun padanya tentang aku menjadi gay.”

Dan Baekhyun hanya menguap sambil melambaikan tangannya pada Chanyeol.

*chanbaek*

Sepanjang harinya di kantor Chanyeol tidak bisa tenang bekerja. Ia terus berpikir tentang Baekhyun, dan mulai merasa bahwa keputusannya untuk membiarkan pemuda manis itu tetap tinggal di apartemennya adalah sebuah keputusan yang salah. Mungkin seharusnya ia mengusir pemuda manis itu, meski dengan cara paksa. Terlebih lagi, ia mencemaskan Kyungsoo.

Hingga akhirnya tiba waktunya pulang, Chanyeol mengendarai mobilnya sambil masih terus berpikir dan merasa cemas. Saat sampai di apartemennya, kecemasannya terbukti. Baekhyun dan Kyungsoo yang mengobrol santai di sofa sambil minum bir dan merokok menyambut kedatangannya.

“Oh, hai…Chanyeol hyung, kau pulang kerja lebih cepat hari ini?” tanya sang remaja berkacamata sambil tersenyum.

Chanyeol terdiam menatap pemandangan yang mengejutkan itu. Kyungsoo adalah remaja yang baik dan seorang siswa yang pintar di sekolahnya, tapi kini ia melihat sepupunya itu minum bir dan merokok mariyuana?! Lalu pandangannya beralih pada Baekhyun yang sedang menatapnya dengan tatapan yang tak terbaca.

“Kehidupan Baekhyun-ssi yang dihabiskan dibalik penjara sangat menarik,” Kyungsoo mulai mengoceh dengan senang. “Menghabiskan hampir setengah dari hidup seseorang di penjara kedengarannya sulit, bukan? Dan dia akan memperkenalkan teman-temannya padaku…”

Ocehan Kyungsoo terhenti ketika tiba-tiba Chanyeol justru meninju wajah Baekhyun, hingga pemuda manis itu tersungkur di sofa dengan sudut bibir yang berdarah. Lalu Chanyeol menarik tangan Kyungsoo dan merebut batang rokok mariyuana yang dipegang oleh remaja itu.

“Buang itu! Meskipun kau mau lulus, kau tidak boleh menghisap mariyuana!” marah Chanyeol, lalu ia menunjuk ke arah Baekhyun yang dengan santai mengusap darah di sudut bibirnya yang pecah. “Apakah orang ini membujukmu untuk melakukan itu?”

Baekhyun terkekeh kecil mendengarnya. “Wajah marahmu itu membuatmu mirip sekali dengan ayahmu. Kau bahkan menggunakan alasan yang sama dalam situasi seperti ini,” ujarnya.

Perkataan itu membuat Chanyeol terdiam sejenak, rasa tidak tenang itu kembali menjalari dirinya. Namun secepat mungkin kepalanya berusaha mengelak. Maka, tanpa kata Chanyeol mengambil ransel Baekhyun di kamarnya, memberikannya pada sang pemuda manis, lalu menyeretnya keluar dari apartemennya. Dengan cepat ia mengunci pintu, dan kemudian mengintip dari balik tirai jendela. Kyungsoo menghampirinya dengan wajah tak mengerti.

“Kau memaafkannya ketika dia membunuh ayahmu, tapi kau menjadi sangat marah hanya dengan sedikit mariyuana,” ucap Kyungsoo.

“Dia pengaruh buruk untukmu,” kata Chanyeol tanpa menoleh.

“Pengaruh buruk kau bilang…aku bukan anak kecil,” Kyungsoo mendengus tidak terima. “Apa yang dia bicarakan tentang “alasan yang sama”?”

Kyungsoo terlihat penasaran, namun Chanyeol tidak menjawab, tidak juga menoleh. Pria bersurai gelap itu masih terus mengintip ke luar jendela, melihat sosok Baekhyun dengan ransel yang tersampir di bahunya dan sedang berdiri mendongak memandangnya dengan tatapan yang tidak terbaca.

*chanbaek*

Hari-hari pun berlalu. Setelah hari pengusiran itu, Baekhyun menghilang. Chanyeol menjadi pendiam, dan Kyungsoo yang telah memulai hari perkuliahannya diam-diam masih mencoba untuk mencari Baekhyun. Hingga akhirnya, saat ia pulang kuliah di sore hari yang hujan, tidak sengaja ia melihat sosok yang dicarinya. Hanya dengan memakai kaos, jaket, dan topi beanie yang tertutup oleh tudung jaketnya, Baekhyun berjalan santai di bawah rinai hujan. Kedua tangannya membawa beberapa plastik besar, nampaknya pemuda manis itu habis berbelanja.

“Baekhyun-ssi,” panggil Kyungsoo, menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan membuka satu jendelanya.

Baekhyun menghentikan langkahnya dan menoleh, ia sedikit menundukkan tubuhnya untuk mengintip ke dalam jendela mobil yang terbuka. Kyungsoo duduk di balik kemudi dan tersenyum senang menatap Baekhyun. “Aah…aku menemukanmu,” katanya. “Apa kau baik-baik saja? Kemana saja kau selama ini?”

“Aa…di sebuah motel yang vouchernya kumiliki, di sekitar sini,” jawab Baekhyun.

“Naiklah. Aku akan mengantar ke sana,” tawar Kyungsoo, membuka pintu mobilnya. Dan Baekhyun pun menyetujui tawaran itu.

*chanbaek*

Mobil Kyungsoo berhenti di depan sebuah bangunan motel dua lantai. Kyungsoo mengikuti Baekhyun memasuki salah satu kamar sederhana motel itu di lantai dua. Baekhyun melepaskan jaketnya, dan meletakannya bersamaan dengan barang belanjaannya di atas meja, sementara Kyungsoo menghempaskan pantatnya di pinggir ranjang. Baekhyun mengambil dua kaleng bir dari dalam salah satu plastik belanjaannya, membukanya, lalu memberikan satu kaleng pada Kyungsoo seraya beranjak duduk di kursi. Kyungsoo menerimanya dan berterima kasih.

Kemudian tidak ada yang bersuara. Baekhyun hanya diam sambil memainkan kaleng birnya, sementara Kyungsoo mencari topik pembicaraan di dalam kepalanya sambil menikmati sebatang rokok mariyuana yang diam-diam dibawanya.

“Tentang mariyuana, terima kasih sudah melindungiku,” Kyungsoo akhirnya yang pertama bersuara. Lalu ia menawarkan batang rokok mariyuana ditangannya pada Baekhyun. “Kau mau?”

Baekhyun menggelengkan kepalanya, menolak. Kyungsoo mengendikan bahunya acuh, lalu kembali mengoceh sambil sesekali meneguk kaleng birnya, “Chanyeol hyung, dia seorang hyung yang putus asa. Bukankah dia seperti itu sejak dulu? Dia bahkan ikut campur ketika harus memilih teman-temanku. Sangat menyebalkan. Atau, ketika merencanakan bea siswaku untuk mendapatkan mobil baru yang aku inginkan…itu bukan sesuatu untuk ditertawakan.”

Dan Baekhyun hanya diam mendengarkan celotehan Kyungsoo sambil memainkan kaleng birnya. Mata cokelatnya terus menatap pemuda berkacamata itu dengan tatapan tak terbaca yang tidak disadari oleh Kyungsoo.

*chanbaek*

Malam mulai larut saat Chanyeol baru menyelesaikan lemburnya, namun suasana sepi yang menyambutnya saat ia tiba di apartemennya. Kyungsoo belum pulang dan tidak ada kabar. Chanyeol mulai merasa cemas. Sambil menggerutu ia memutuskan untuk mandi. Lima menit kemudian, tiba-tiba ponselnya berdering saat ia baru saja selesai mandi. Dengan tubuh yang masih basah dan sehelai handuk yang melilit pinggangnya, ia buru-buru mengangkat teleponnya ketika melihat nama Kyungsoo yang muncul di layar ponselnya.

“Kyungsoo, kau tahu jam berapa sekarang?! Huh? Apa…dengan Baekhyun?”

Hal yang di dengarnya di telepon membuat Chanyeol langsung bergegas berpakaian dan beranjak pergi. Karena mobilnya sedang di pakai oleh Kyungsoo, maka ia menggunakan taksi menuju alamat sebuah motel yang di dengarnya di telepon tadi. Setibanya di motel yang dituju, dengan marah Chanyeol melangkah menuju salah satu kamar motel.

“Kyungsoo! Pulang sekarang!” Seru Chanyeol marah seraya membuka pintu kamar yang tidak terkunci.

Namun omelan yang tadi telah bersiap di ujung lidahnya mendadak tertelan kembali ke kerongkongannya saat melihat pemandangan tak terduga di depannya. Di atas ranjang Baekhyun sedang duduk memangku Kyungsoo yang sedang terlelap pulas. Pemuda berkacamata itu nyaris telanjang, dengan kaos yang tersingkap ke atas dan resleting celana yang terbuka lebar.

“Percuma saja. Orang ini menjengkelkan, jadi aku memberikannya beberapa obat,” ujar Baekhyun melirik ke arah Chanyeol dengan satu tangan menyusup ke balik celana dalam Kyungsoo, sementara tangan lainnya menyangga kepala pemuda berkacamata itu. “Ini sudah setengah hari tapi apapun yang aku lakukan, dia tidak akan bangun. Kau seharusnya menggunakan tubuhnya sebagai bayaran untuk dukungan finansialmu, hyung.”

Chanyeol terdiam. Amarahnya seketika memudar melihat tingkah menggoda Baekhyun yang tak terduga. Melihat bagaimana jemari-jemari Baekhyun mengerayangi tubuh tak berdaya Kyungsoo, dan melihat bagaimana nakalnya lidah Baekhyun bermain di wajah pemuda berkacamata itu…entah kenapa itu justru terlihat menggairahkan baginya. Pikiran gila mendadak muncul di otaknya. Seketika rona merah menjalari wajah tampannya.

Namun sebisa mungkin Chanyeol menampik semua itu dan berusaha mengendalikan akal sehatnya. “Hentikan, Baekhyunie!” serunya, menarik tangan Baekhyun dan menariknya menjauh dari tubuh Kyungsoo.

Baekhyun tertegun memperhatikan Chanyeol mengambil alih tubuh tak sadar Kyungsoo dan menidurkannya dengan lembut di atas ranjang, memperlakukannya bak sebuah Kristal. “Apa-apaan…meskipun kau bercinta denganku saat aku masih di sekolah dasar, tetapi dengan bocah sialan ini, kau menolak menyentuhnya?” katanya mendengus tidak percaya.

“Anjing liar sepertimu berbeda dengan Kyungsoo. Berani kau menyentuhnya, aku akan menghubungi polisi,” ujar Chanyeol sambil merapikan pakaian Kyungsoo dan menyelimutinya. “Dengar, aku tidak mengharapkan imbalan apapun darinya.”

Baekhyun kembali terdiam memperhatikan semua tingkah lembut Chanyeol pada Kyungsoo yang tak akan sadar sampai besok. Mengalihkan pandangannya sejenak ke arah lain, ia beranjak ke meja dan mengambil kacamata milik Kyungsoo. Ia memakai kacamata itu, lalu membuka topi beanie yang sejak tadi di pakainya.

“Lalu? Akankah kau…berjalan pergi seperti orang tua?” tanya Baekhyun seraya menatap Chanyeol dengan tatapan menantang.

Chanyeol menoleh, sedikit terkejut ketika melihat penampilan Baekhyun yang kini jauh berbeda. Rambut cokelatnya yang memanjang telah dipotong pendek, gaya rambutnya berubah dan dicat dengan warna pirang, dan dengan memakai kacamata seperti itu kini Baekhyun bagaikan kembaran Kyungsoo.

*chanbaek*

Pada akhirnya Chanyeol kembali menggempur tubuh menggoda Baekhyun di kamar mandi. Pakaian yang tercecer di lantai, dan suara desahan juga deru napas yang memburu terdengar memenuhi ruangan kamar motel yang kecil itu. Seperti sepasang kelinci yang sedang birahi, mereka tidak peduli pada Kyungsoo yang masih tertidur lelap di balik selimut, tidak terganggu.

Masih dengan kacamata dan penampilan yang mirip dengan Kyungsoo, Baekhyun menikmati setiap hentakan tubuh Chanyeol di dalamnya. Ia terkekeh, menikmati wajah tampan Chanyeol yang tersaput kabut nafsu di depannya.

“Kau tidak bisa menyentuhnya karena penismu hanya bisa berdiri untukku, itu benar kan, hyung?” tanya Baekhyun, tersenyum senang. Namun Chanyeol tetap diam. “Ayo segera hidup bersama….”

Ucapan Baekhyun terhenti ketika satu tangan Chanyeol tiba-tiba menutup mulutnya, sementara tangan lainnya mencengkram lehernya. Seketika ia merasa ngeri, entah kenapa. Chanyeol menarik penisnya keluar dari dalam tubuh Baekhyun, lalu tanpa peringatan ia memasukkan penisnya ke dalam mulut Baekhyun. Semburan sperma yang panas menyembur rongga mulut Baekhyun dalam sekejap, mengotori wajah dan kacamata yang dipakai Baekhyun. Mendorong tubuh Baekhyun ke lantai, ia memeluk erat pemuda itu dari belakang sambil bergumam di telinganya,

“Jangan tidur dulu……Kyungsoo.”

Lalu percintaan yang kasar pun di mulai. Bagaikan tak sadar, Chanyeol menekan kepala Baekhyun di lantai dan terus menghentak tubuh pemuda itu dengan keras. Desah nikmat yang didengungkan Baekhyun tadi kini berubah menjadi erangan kesakitan. Hingga saat hari menjelang pagi percintaan yang kasar itu baru berhenti.

Chanyeol segera membersihkan dirinya dan berpakaian, lalu dengan gusar ia berusaha membersihkan kacamata Kyungsoo yang kotor oleh sperma. Ia menggosok kacamata itu dengan keras di bawah kran air, dan baru berhenti setelah kacamata itu dirasanya telah bersih. Menyimpan kacamata itu di dalam sakunya, lalu ia menggendong tubuh Kyungsoo yang masih belum sadar. Saat ia hendak beranjak pergi, sejenak ia menghentikan kakinya dan melirik ke arah kamar mandi. Pandangannya terpaku pada tubuh Baekhyun yang masih terbaring di lantai, kotor dan kesakitan.

“Kau akan pergi tanpa mengatakan apapun? Setidaknya bantu aku mandi, aku tidak bisa berdiri…” Baekhyun berujar lemah seraya berusaha bangun. Ia mengulurkan satu tangannya dan menatap Chanyeol penuh harap. “Kumohon, Chanyeol hyung….”

Namun Chanyeol tetap diam dan memalingkan wajahnya. Ia melanjutkan langkahnya pergi meninggalkan kamar motel Baekhyun, mengabaikan segalanya.

*chanbaek*

Beruntunglah itu adalah akhir pekan, Chanyeol tidak perlu ke kantor dan menambah pikirannya dengan pekerjaan. Chanyeol lelah, ia ingin istirahat. Setelah kembali dari motel semalam, ia tidak bisa tidur dengan tenang. Rasa bersalah dan gusar terasa menyesakkan dadanya. Untuk mengalihkan pikirannya, Chanyeol memutuskan untuk membersihkan apartemennya. Ia mengambil vacuum cleaner dan mulai membersihkan setiap sudut lantai.

“Waah…sudah setelat ini! Aku punya rencana dengan teman-temanku,” Kyungsoo yang keluar dari kamar dengan terburu-buru mengalihkan perhatian Chanyeol sesaat. “Dan di mana kacamataku? Bagaimana aku bisa pulang?”

Chanyeol merogoh sakunya dan mengeluarkan kacamata milik Kyungsoo yang telah dibersihkannya. “Aku membawamu kembali dari tempat Baekhyun. Jangan pergi ke sana lagi,” ucapnya seraya mengembalikan kacamata itu pada pemiliknya.

Kyungsoo memakai kacamatanya, lalu menyambar kunci mobil Chanyeol di atas meja. “Aku pinjam mobilmu, hyung,” katanya seraya beranjak pergi dengan tergesa-gesa.

Chanyeol melanjutkan kembali kegiatannya membersihkan apartemennya. Selesai dengan vacuum cleaner, kini ia beralih mengelap meja dan benda-benda lainnya. Tidak lama kemudian terdengar suara pintu yang tertutup.

“Apa kau melupakan sesuatu, Kyungsoo?” tanyanya tanpa menghentikan kegiatannya mengelap meja. Namun tidak ada jawaban.

Saat Chanyeol mengangkat kepalanya dan menatap ke arah cermin yang ada di atas meja, ia terkejut melihat bayangan Baekhyun berdiri di belakangnya. Segera ia membalik tubuhnya, memastikan matanya tidak salah melihat.

“Pintunya dibiarkan terbuka. Hidup dengan anak tidak berguna seperti itu merepotkan,” kata Baekhyun seraya melangkah maju dan memeluk Chanyeol. “Apa yang kau lakukan kemarin, aku tidak masalah. Yah, itu tidak buruk dibandingkan dengan apa yang babi-babi itu lakukan padaku di penjara. Ketika itu tentangmu, Chanyeol hyung, aku baik-baik saja dengan apapun yang ingin kau lakukan padaku.”

Senyuman Baekhyun membuat Chanyeol diam-diam menelan ludah gugup. Satu hal yang disadarinya, Baekhyun-nya yang polos dan imut dulu kini telah berubah. Kegilaan Baekhyun membuat rasa bersalah dan ketakutan semakin memenuhi diri Chanyeol.

“Ayo kita lakukan. Aku akan berpura-pura menjadi Kyungsoo lagi untukmu,” ucap Baekhyun lagi dengan riang. “Sekarang kau sedang membersihkan apartemenmu, kan? Maka aku akan membantu. Ini akan menjadi tempat tinggalku juga nanti.”

Chanyeol hanya bisa terdiam dengan gelisah saat Baekhyun mulai bertingkah santai, seolah apartemen ini adalah miliknya. Ia membuka-buka majalah, tertawa seolah ada yang menarik, menyumpal telinganya dengan ipod milik Kyungsoo yang ditemukannya di kamar, lalu berbaring di sofa sambil memainkan PSP milik Chanyeol.

Sementara itu Chanyeol melanjutkan kembali kegiatan bersih-bersihnya. Dalam diam kepalanya bertanya-tanya, kapan Baekhyun akan pergi? Pemuda manis itu pasti memiliki banyak pengalaman di penjara, hal itu benar-benar mengacaukannya. Mungkin Chanyeol harus pergi untuk memeriksa apakah Baekhyun memiliki penyakit menular seksual.

Suara getar ponsel di atas meja makan menghentikan Chanyeol dari kegiatan bersih-bersihnya. Ia meninggalkan keranjang baju kotor yang sedang dibawanya, dan segera mengangkat telepon saat melihat nama Kyungsoo yang muncul di layar.

“Apa yang harus aku lakukan, Chanyeol hyung? Aku baru saja menabrak seseorang dengan mobil,” suara panik Kyungsoo terdengar di ujung telepon. “Aku sangat takut, jadi aku melarikan diri. Hyung, aku memutuskan untuk mengikuti bimbingan belajar. Serius, apa yang harus aku lakukan?”

“Di mana kau sekarang? Kau sendirian?” Chanyeol beranjak ke jendela dan menyibak tirai, mengintip keluar. “Tetap diam di mobil dan jangan bergerak. Lalu, kita akan membuktikan bahwa kau tidak berada di tempat kejadian perkara. Jangan khawatir, serahkan padaku.”

Chanyeol berusaha menenangkan Kyungsoo yang panik. Lalu menutup teleponnya sambil melirik ke arah Baekhyun yang sedang berbaring santai di sofa. Dan sesuatu seketika melintas di dalam kepalanya.

*chanbaek*

Baekhyun segera berdiri saat Chanyeol memanggilnya. Namun ia terdiam, mengerjap tidak percaya saat mendengar permintaan gila yang baru saja dilontarkan Chanyeol padanya. “Pengganti……hyung, kau tidak bilang jika kau ingin aku kembali ke penjara, kan?” tanyanya, tidak yakin.

“Aku mohon padamu, kau hanya perlu menipu rekaman kamera keamanan. Aku tahu kau bisa melakukannya, bukan begitu?” pinta Chanyeol seraya menangkup wajah manis Baekhyun dengan kedua tangannya.

Tatapan penuh permohonan dari Chanyeol membuat tubuh Baekhyun bergetar pelan oleh amarah. “Chanyeol hyung…aku memberikanmu segala yang aku punya tidak peduli apapun itu.Tubuhku, hatiku, masa mudaku, kehidupanku…semuanya,” ucapnya sambil mengepalkan tangannya erat. “Jangan gunakan aku untuk membersihkan kekacauan anak itu.”

Chanyeol menempelkan dahi mereka, memejamkan matanya dan berbisik penuh keegoisan di depan wajah Baekhyun, “Baekhyunie, kumohon…tolong berpura-puralah kau melakukannya untukku. Kyungsoo memiliki masa depan yang cerah.”

Bagaikan tersengat listrik, permintaan egois Chanyeol barusan membuat Baekhyun merasa kecewa. Dengan marah, tiba-tiba Baekhyun membenturkan dahinya ke hidung Chanyeol dengan keras. Chanyeol terjatuh ke lantai dengan erangan kesakitan dan darah yang mengalir dari hidung yang patah.

“Begitu? Aku bahkan tidak mempunyai masa depan, begitukah?” Baekhyun menjambak rambut gelap Chanyeol dan menatapnya dengan penuh amarah. “Dan kau ingin menjaga agar mainan berhargamu tidak bersalah. Maka sampah murahan sepertiku hanyalah sampah, bukan? Dan sampah harus menghilang.”

Baekhyun memelintir satu tangan Chanyeol ke belakang, lalu mulai memukuli dan menendangnya. “BERHENTI BERMAIN-MAIN! KENAPA BUKAN AKU?” teriaknya.

Kemudian Baekhyun berhenti memukul dan menendang. Ia melepaskan tangan Chanyeol dan mengambil sebuah kabel panjang yang ia temukan di dekat tv. Dengan kabel panjang itu ia mengikat tangan Chanyeol di belakang punggung. Lalu ia beranjak ke dapur untuk mengambil sebuah pisau besar dan selembar kain. Tidak lama ia kembali pada pada Chanyeol yang terbaring tidak berdaya di lantai, wajah tampannya ternoda oleh darah.

“Aku sudah muak. Aku akan menunjukkan harga yang harus dibayar anak itu untuk menggantikanmu,” ujar Baekhyun, menatap Chanyeol dengan kilat bahaya di matanya.

Chanyeol mendongak, berusaha menatap Baekhyun dari balik darah yang mengotori wajahnya. “Apa yang mau kau lakukan? Menjauh dari Kyungsoo!” serunya, mulai merasa takut dan cemas.

Mendengar Chanyeol masih berusaha melindungi Kyungsoo membuat Baekhyun semakin marah. Ia kembali memukul dan menghantam Chanyeol, hingga pria tampan bersurai gelap itu semakin babak belur. Setelah Chanyeol nampak tidak berdaya lagi, Baekhyun berhenti dan menyumpal mulut Chanyeol dengan kain yang ditemukannya di dapur. Lalu mengambil ponsel milik Chanyeol dan menghubungi Kyungsoo. Pemuda berkacamata itu menjawab teleponnya dengan cepat.

“Kyungsoo-ssi, ini aku…Baekhyun. Bisakah kau pulang ke rumah sekarang? Ahh…ini tentang Chanyeol hyung, dia marah karena omong kosong yang tidak berguna,” katanya seraya membuka pintu, ia beranjak pergi sambil masih membawa pisau besar. “Aku dilanda gugup, dia memukuliku.”

Sepeninggal Baekhyun, Chanyeol yang terbaring tidak berdaya di lantai diam-diam memaki di dalam kepalanya. Seketika ia teringat kembali pada sosok Baekhyun kecil yang polos dan selalu mendengar perkataannya. Dulu, sambil bercinta Baekhyun kecil akan memeluknya dan akan selalu bertanya tentang janji-janji Chanyeol padanya. Bahkan kini suara polosnya dapat ia dengar dengan jelas di dalam kepalanya,

“Hey, Chanyeol hyung…jika aku menjadi dewasa apa yang akan kau lakukan? Bagaimana jika aku tidak imut lagi? Kau sudah berjanji padaku……di masa depan……kau tidak akan berbohong padaku, kan?”

Sial…dulu kau seperti seorang malaikat, kenapa kau seperti ini sekarang?, pikir Chanyeol di sela kesakitannya.

Sambil menahan sakit Chanyeol berusaha melepaskan ikatan kabel di tangannya. Beruntunglah Baekhyun tidak mengikatnya dengan kencang. Setelah terbebas dari kabel yang mengikatnya, ia menarik keluar kain yang menyumpal mulutnya dan mulai terbatuk-batuk. Seluruh tubuhnya terasa sakit, tetesan darah mengiringi setiap langkah kaki Chanyeol yang sedang berusaha beranjak ke kamarnya. Di kamarnya, ia segera membongkar laci meja nakasnya hingga ia menemukan sebuah kotak hitam yang cukup besar. Ia mengeluarkan kotak hitam itu dan membuka kuncinya. Sebuah pistol dan sekotak peluru tersimpan rapi di dalam kotak itu.

Chanyeol mengambil pistol itu dan mengisi semua pelurunya sambil berpikir, bahwa tindakan yang akan diambilnya ini adalah sebuah bentuk perlindungan diri. Saat semua peluru telah terisi, samar-sama ia mendengar suara Baekhyun yang berteriak mencarinya di luar kamar. Rupanya Baekhyun telah selesai menelepon dan kembali.

“Chanyeol hyuuungg……si brengsek itu, kemana dia?”

Suara langkah kaki terdengar mendekat. Chanyeol segera berdiri di dekat pintu kamarnya yang sedikit terbuka, tersembunyi di balik dinding, dan bersiap dengan sebuah pistol di tangannya. Ia terus berusaha menyakinkan dirinya, bahwa ia melakukan ini demi Kyungsoo.

Maafkan aku, Baekhyun…ucapnya dalam hati.

Chanyeol menggenggam erat pistolnya dan bersiap saat perlahan pintu kamarnya di dorong terbuka. Kemudian ia segera melepaskan tembakannya saat seseorang melangkah masuk. Ia merasa yakin bahwa orang yang baru saja ditembaknya barusan adalah Baekhyun, namun perkiraannya ternyata salah. Sosok yang tumbang ke lantai dengan kepala berlubang penuh darah adalah……Kyungsoo.

Baekhyun ternyata datang bersama dengan Kyungsoo, dan Kyungsoo yang melangkah lebih dulu memasuki kamarnya. Karena penampilan Baekhyun yang kini mirip dengan Kyungsoo—kecuali kacamatanya—Chanyeol salah mengira.

Chanyeol menurunkan tangannya yang tiba-tiba terasa lemas, ia terpaku menatap tubuh Kyungsoo yang bersimbah darah di lantai. Ia jatuh terduduk dan mulai menangis. “Kyungsoo…tidak mungkin!” ucapnya lirih, tidak percaya.

Sementara itu Baekhyun yang tadi mengikuti Kyungsoo dari belakang terkejut dengan kejadian gila barusan. Pisau besar yang diam-diam dibawanya dan berencana untuk menusuk Kyungsoo dari belakang kini tak berguna lagi. Ia menjatuhkan pisau besar di tangannya dan mulai tertawa.

“HAHAHA…lelucon apa ini?” ia mendekati Chanyeol dan mengulurkan kedua tangannya dengan senang. “Pada akhirnya, kau berakhir sama sepertiku.”

Dengan tangan yang gemetar Chanyeol menodongkan pistolnya pada Baekhyun. Wajah tampannya telah basah oleh air mata. Baekhyun tersenyum menyeringai, ketika Chanyeol mendorong tubuhnya ke lantai yang ternoda oleh darah Kyungsoo, bersisian dengan jasad berlubang milik Kyungsoo, dan menempelkan moncong pistol di kepalanya. Ia menatap puas dan mengulurkan kedua tangannya pada Chanyeol.

“Dengan ini, kita sama,” katanya. “Dan kita akan hidup bersama selamanya. Lakukanlah, hyung.”

Selama beberapa lama mereka hanya saling menatap. Baekhyun yang menantang, dan Chanyeol yang nampak kacau. Pada akhirnya Chanyeol menjatuhkan pistolnya dan terduduk di lantai dengan lunglai. Baekhyun beranjak bangun dan merangkak mendekati Chanyeol. Sambil tersenyum senang ia memeluk pria tampan bersurai gelap itu.

“Nah, Chanyeol hyung……ayo kita hidup bersama selamanya, seperti janji kita dulu. Kau tidak akan berbohong padaku, kan?” katanya sebelum mencium bibir Chanyeol.

Dan Chanyeol pun membalas ciuman itu, memagut lembut bibir kenyal itu dengan wajah yang basah oleh air mata. Seolah menyatakan kekalahannya. Ah, mungkin memang mereka harus selalu bersama.

~Fin~

Tinggalkan komentar