KyuMin series A : Let me be with you / part 1

Gambar

Pairing          : KyuMin / YeWook / slight KangMin

Genre           : Hurt

Length          : Chapter

Warning        : Boys love, shounen-ai

Disclaimer     : Story belong to me, KyuMin belong to each other

Summary       : Malam itu, ingatanku mengkhianatiku sedemikian rupa. Hingga yang kumiliki hanya sebelas digit menuju dirimu.

 

 

No bash. No copas/plagiarism. Don’t like, don’t read. Don’t be silent reader.

 

 

~Presented by@Min kecil~

 

 

Part 1

 

30 hari yang lalu……

 

Sungmin memandang pria yang duduk dihadapannya. Pria bertubuh besar itu memainkan cangkir cappuccinonya dengan gelisah. Ia mendesah sesekali dan mengedarkan pandangannya ke sudut–sudut café, ke luar jendela, ke segala arah, kecuali ke mata Sungmin.

 

“Jujur Sungmin, aku juga tidak mau hubungan kita berakhir seperti ini” kata Kangin.

“Berakhir seperti ini bagaimana, maksudmu? Dengan kau meninggalkan aku demi orang itu?” kata Sungmin datar, hampir tanpa perasaan.

 

“Umm, siapa namanya……” kata Sungmin mencoba mengingat.

“Teuki……” kata Kangin pelan.

 

“Ah yeah, Teuki” kata Sungmin teringat seraya mendengus kesal.

“Aku hanya mencoba realistis Sungmin. Aku, kamu, kita berbeda. Dan perbedaan kita itu tidak akan bertemu di satu titik” kata Kangin mencoba menjelaskan.

 

Sungmin tersenyum mendengus.

“Perbedaan? Apanya? Pekerjaan? Kebiasaan? Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?!” katanya.

 

Tidak ada yang bersuara selama beberapa saat. Kangin masih menolak menatap Sungmin.

“Did I do something wrong?” tanya Sungmin.

“Look, listen Sungmin……” kata Kangin akhirnya memandang Sungmin.

 

“No, you listen to me!” seru Sungmin hampir setengah berteriak.

“Kalau kau memang ingin melenyapkan aku dari kehidupanmu, kalau kau memang sudah bosan denganku, tolong pakai cara yang lebih keren. Yang lebih manusiawi. Bukan cara kampungan seperti ini”

 

Sungmin mulai menangis. Kangin menghela nafasnya sesaat.

“Aku tidak bisa Sungmin. Maaf…” kata Kangin .

 

Sungmin menghapus air matanya seraya tersenyum kecewa memandang Kangin.

“Maafkan aku” kata Kangin lagi dengan pelan.

 

Kangin berdiri dan beranjak pergi. Sungmin memandang keluar jendela. Memandang Kangin yang menggamit tangan Leeteuk. Leeteuk menoleh memandang Sungmin kemudian membungkukkan sedikit kepalanya seakan meminta maaf. Namun Sungmin hanya memandangnya tanpa ekspresi. Kangin tidak menoleh sedikit pun dan membawa pergi Leeteuk dengan mobilnya.

 

Sungmin masih tidak beranjak dari tempatnya. Ia hanya memandang cangkir cappuccinonya tanpa suara. Ia hancur. Dalam sekejap hidupnya dibuat luruh berantakan oleh orang yang ia percaya. Orang yang Sungmin cintai. Orang yang menempati urutan teratas dalam hatinya. Sungmin mengutuk hidup yang dapat berubah dalam hitungan detik. Ia marah, karena merasa tidak berdaya.

 

“Why me?” gumam Sungmin sedih.

 

****

 

“Mwo? Kangin memutuskan hyung?” kata Ryeowook memandang Sungmin tidak percaya.

 

Sungmin menganggukkan kepalanya tanpa semangat.

“Waeyo?” tanya Ryeowook.

“Orang lain” jawab Sungmin singkat.

 

Ryeowook mendengus tidak percaya kemudian menggeser duduknya mendekati Sungmin.

“Apa yang dia katakan?” tanyanya lagi.

 

Sungmin menghela nafasnya sesaat dengan kuat, mengusir rasa sesak yang kembali bergejolak di dadanya.  “Dia bilang kami terlalu berbeda” jawab Sungmin dengan sedih.

 

“Berbeda?! Alasan klise” kata Ryeowook mendengus tidak percaya.

 

“Dan kau tahu Wookie, Kangin mencampakkan aku hanya untuk seorang penjual bunga di toko depan stasiun. Aku kalah Wookie, dengan seorang penjual bunga. Dengan seorang Leeteuk” kata Sungmin menarik satu sudut bibirnya dengan sedih.

 

Ryeowook memandang Sungmin dengan iba dan terdiam sejenak. Ia menyentuh bahu Sungmin dan mengusapnya dengan lembut. “Sudahlah hyung. Selingkuh tetap saja selingkuh. Apapun alasannya, tidak bisa dimaafkan” kata Ryeowook mencoba menghibur.

 

Sungmin mencoba tersenyum. Ryeowook mengambil ponselnya yang bergetar di dalam saku jaketnya. Ia tersenyum membaca ID caller yang tertera dilayar yang berkedip. Segera ia mengangkat teleponnya.

 

“Yesung hyung…” kata Ryeowook senang.

 

Segera Ryeowook asyik mengobrol ditelepon. Sungmin menoleh memandang keluar jendela. Memandang keramaian yang menghiasi jalan yang padat. Ia mempermainkan cangkir cappuccino ditangannya, membuat isinya bergolak.

 

“Araseo, aku akan datang. Bye hyung” kata Ryeowook mengakhiri pembicaraannya.

 

Sungmin menoleh menyadari Ryeowook telah selesai menelepon.

“Aah…Sungmin hyung, aku harus pergi sekarang” kata Ryeowook.

“Yesung hyung mengajak kencan?” tanya Sungmin.

 

“A..anni. Aku hanya menemaninya pergi ke pameran seni di pusat kota” jawab Ryeowook terdengar malu.

 

“Kencan di pameran seni tidak buruk juga” kata sungmin terkekeh kecil, membuat Ryeowook tersenyum malu.

 

“Hyung mau ikut?” tanya Ryeowook.

“Tidak. Aku tidak mau mengganggu” jawab Sungmin, membuat ryeowook tersenyum malu kembali.

 

You’ll be okay hyung. Bersemangatlah. Bye hyung” kata Ryeowook beranjak pergi.

“Yeah, gomawo wookie. Have fun” kata Sungmin tersenyum.

 

Senyum Sungmin memudar perlahan setelah Ryeowook menghilang dibalik pintu café. Sungmin memandang cangkir cappuccinonya. Cairan berwarna cokelat itu bergolak pelan di dalam cangkir yang berwarna putih. Seperti kesedihan yang masih bergolak di dalam hatinya. Sungmin mencoba mengacuhkannya. Mencoba bertahan dalam rasa sakit yang terus menjebaknya dengan pertanyaan “mengapa”, dan pertanyaan yang lebih menyakitkan lainnya.

 

Why me ?” gumam Sungmin pelan.

 

****

 

Keramaian masih menunjukkan geliatnya saat malam perlahan menurunkan tirainya. Sungmin melangkahkan kakinya perlahan menyusuri jalanan. Mengabaikan keramaian disekitarnya.

“Maaf” kata Sungmin pelan saat tanpa sengaja ia menabrak orang lain.

 

Sungmin memandang para pasangan yang berjalan melewatinya. Bergelayut manja dan saling bercengkrama dengan mesra.  Ia juga seperti itu, 30 hari yang lalu. Sungmin mendesah dan kembali melangkahkan kakinya. Sungmin terus berjalan tanpa menyadari lalu lintas didepannya. Ia hampir tertabrak mobil jika saja seseorang tidak segera menariknya.

 

“Kau mau mati? Berbahaya berjalan sambil melamun” kata orang tersebut.

 

Sungmin membuka matanya, menyadari ia berada di dalam pelukan seseorang.

“Kau tidak apa–apa?” tanya Kyuhyun seraya melepaskan pelukannya.

 

Sungmin tidak menjawab.

“Hey, aku bertanya. Kau tidak apa–apa?” tanya Kyuhyun lagi.

“Hiks…hiks…” Sungmin mulai terisak kecil.

 

“Hey, kau tidak apa – apa?” Kyuhyun mengulang kembali pertanyaannya.

“Aku…hiks…aku…hwuuaa!!!” Sungmin mulai menangis.

“Hey…hey…kenapa tiba–tiba menangis?” tanya Kyuhyun terkejut.

 

Kyuhyun memeriksa tubuh Sungmin. Namun tidak ada satupun luka menghiasi kulitnya yang putih. Kyuhyun memandang Sungmin yang masih menangis. Seketika mereka menjadi pusat perhatian.

 

“Hey, berhentilah menangis” kata Kyuhyun bingung.

“Hiks…Aku…hwuaa!!!” Sungmin menangis semakin keras.

“Aissh. Hey…hey…kenapa kau menangis? Aduuh…semua orang jadi memperhatikan kita” kata Kyuhyun dengan bingung.

 

Kyuhyun memegang tangan Sungmin dan menariknya pergi. Melewati keramaian yang masih memperhatikan mereka dengan heran. Kyuhyun menghentikan kakinya ditaman. Ia melepaskan tangannya dan memandang Sungmin yang masih menangis. Kyuhyun mendesah. Ia mengulurkan tangannya memeluk Sungmin.

 

“Araseo, aku tidak tahu apa yang terjadi padamu. Tapi menangislah sepuasmu” kata Kyuhyun kemudian.

 

Segera Sungmin menangis semakin keras. Melepaskan semua rasa sakit yang menyesakkan dadanya. Meruntuhkan semua pertanyaan menyakitkan yang terus menjebaknya. Kyuhyun tidak bersuara dan terus memeluk tubuh Sungmin yang berguncang. Satu jam kemudian tangisan Sungmin berganti menjadi isakkan kecil. Kyuhyun melepaskan pelukannya setelah yakin Sungmin telah selesai menangis.

 

“Sudah selesai menangisnya?” tanya Kyuhyun.

“Eeh, maaf…” kata Sungmin tidak enak memandang kaos Kyuhyun yang basah karena air matanya.

 

“Bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya Kyuhyun.

 

“Erm…sudah lebih baik. Terima kasih” jawab Sungmin.

 

“Kau membuatku terkejut, tiba–tiba menangis seperti itu. Mworago?” tanya Kyuhyun.

 

“Itu…” kata Sungmin dengan sedih.

 

“Apa kau dilukai?” tanya Kyuhyun seraya memandang Sungmin.

 

Sungmin tidak menjawab dan tertegun memandang Kyuhyun. Jika melihat seseorang yang menangis, biasanya orang–orang akan bertanya ‘apa kau terluka?’. Tapi tadi Kyuhyun bertanya, ‘apa kau dilukai?’. Terluka dan dilukai, kata yang mirip namun memiliki arti yang berbeda.

 

“Dilukai?” kata Sungmin.

 

Kyuhyun mengulurkan tangannya mengusap air mata diwajah Sungmin dan merapikan rambut Sungmin yang sedikit berantakan. Ia tersenyum dan beranjak pergi. Sungmin masih berdiri ditempatnya, memandang punggung Kyuhyun yang menghilang di ujung taman. Kemudian tersadar, ia tidak bertanya siapa nama orang itu. Sungmin menyentuh rambutnya sesaat kemudian beranjak pergi.

 

t.b.c

17 pemikiran pada “KyuMin series A : Let me be with you / part 1

  1. Kangin dengan Ming? sangat jarang. Kangin pergi dengan Leeteuk akhirnya? jawabanku = 😀

    Yewook, jujur, ngga pernah nemuin kalimat ini XD mgkn skg aku akan pakai kalimat ini XD *jederrr

  2. Aisshh !
    Jinjja ! Jahaaattt . . .
    Gpp jga sih , toh kalo gag gt , kyumin gag akn bsa ktemu . .

    Keep writing ! 😀
    HWAITING !!
    \(^_^)9

  3. Suka dgn kata2 ming waktu di putusin kangin…
    Bisa di contoh
    *plaak
    yaa… Ada bagusnya juga kangin ninggalin ming… Kan jdinya ketemu kyu.. 😀

  4. wuiih kyuhyun kayak hero hahaha
    dateng masalah selesai dan wussh pergi gitu aja
    hahaha
    kangin jahat amat main belakang, dan kenapa jg leeteuk mau jd selingkuhan grrrr -___-“

Tinggalkan Balasan ke kyumin saranghae Batalkan balasan